SING TEKUN, TEKAN.

Kamis, 23 Juli 2020 12:52 WIB   Pendidikan Agama Islam

 

Hai, everyone! Jumpa kembali di Cerita Harian Biografi Hari Ini. Apa saja yang sudah sobat millennial lakukan selama pandemi Covid-19? Apakah kalian sudah pandai bin lihai dalam manajemen organisasi? Atau kalian sedang belajar manajemen organisasi yang baik?

Prodi PAI memiliki salah satu sosok yang terkenal akan manajemen organisasi nya, lho. Beberapa kegiatan profesi dan sosial keagamaan yang beliau jalani di samping menjadi dosen adalah Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) / Pembina Majlis Pendidikan Dasar dan Menengah (DIKDASMEN-PDM) kota Malang periode 2005-2010 dan periode 2010- sekarang, Direktur Perguruan Muhammadiyah Tlogomas Kota Malang membawai MTs Muhammadiyah 1, MA Muhammadiyah 1 dan SMK Muhammadiyah 2 tahun 2004-2016, Koordinator Persidangan Muktamar Muhammadiyah ke-45 tahun 2005 di Malang, Wakil Sekretaris Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting (LPCR) PP Muhammadiyah Periode 2015-2020, Asesor BAP (Badan Akreditasi Provinsi) untuk SMA/MA di Jawa Timur 2008-sekarang, dan lain sebagainya.

Beliau juga memiliki beragam pengalaman jabatan di UMM, diantaranya Kepala Bagian Pengajaran AIK di bawah BAA, 1998-2000, Kepala Bagian Pendidikan, Pengajaran dan Akreditasi di bawah BAA, 2000-2003, Kepala BPM (Badan Pemakmuran Masjid) UMM, membawai tiga masjid kampus (AR. Fachruddin, Ad-Dakwah & KH. Bedjo Darmoleksono) tahun 2004-2005, Dekan FAI (Fakultas Agama Islam) UMM tahun 2005-2009, Kepala BAA (Biro Administrasi Akademik) – UMM  April 2009 – Desember 2010, Kepala UPT-P2KK (Unit Pelaksana Teknis Program Pembentukan Kepribadian dan   Kepemimpinan)-UMM April 2013 – sekarang). Siapa lagi jika bukan, Dr. Khozin. M.SI.  

Keaktifan beliau dalam berorganisasi mulai tertanam sejak MI, MTs, MA hingga berlanjut sebagai mahasiswa. Berawal dari kesenangan dalam diri beliau untuk menolong dan berbagi, beliau tetap gigih dan tekun menjalani berbagai macam peran yang diamanahkan. Sobat penasaran ngga sih bagaimana bisa beliau mengatur berbagai peran di waktu yang bersamaan?

Mimin beri bocorannya nih, kunci beliau adalah mengatur kesibukan. Iya, mengatur kesibukan itu termasuk bagian dari softskill, loh. Kecakapan yang tidak tampak ini harus dipelajari setiap orang. Hal ini termasuk  kecakapan dalam memanaje waktu. Semua tergantung rolenya atau perannya. Saat role menjadi dosen, beliau melayani mahasiswa. Saat berada di rumah, melayani istri dan anak. Saat kuliah S3 sebagai mahasiswa, beliau memposisikan peran juga. Waktu demi waktu beliau atur dengan sebaik-baiknya. FYI, bahkan di setiap perjalanan panjang beliau dari satu kota ke kota lainnya, beliau lebih memilih untuk menghabiskan waktu dengan membaca dan menulis alih-alih menghabiskan waktu di perjalanan dengan tidur atau bahkan mendengarkan musik senja seperti kebanyakan dari kita.

Bagi mahasiswa yang sering mengikuti kelas beliau, pasti tidak asing dengan motivasi di setiap perkuliahan beliau dengan kalimat penutup yang menggigit,  “sing tekun, tekan!”. Filosofi hebat orang jawa tersebut beliau dapatkan dari seorang pengusaha kuliner di Yogyakarta. Filosofi yang relate sekali dengan lika liku menjadi mahasiswa dan menjadi organisatoris. Kok bisa? Jadi maksudnya adalah jika sudah kuliah, pintar itu penting. Tapi, orang pintar sering kalah dengan orang yang tekun. Banyak orang yang gagal karena tidak tekun, potensi pintar dan cerdasnya sudah ada. Hanya karena tidak tekun ( tidak khusyu’, tidak fokus, tidak istiqomah, tidak berusaha mencapai sesuatu secara bertahap, inginnya instan) maka tidak jadi. Jika seseorang memimpin tetapi tidak melalui pengalamannya yang berjenjang, tiba-tiba berada di puncak maka dia tidak  akan bisa sebab kurang pengalaman.

Nah, untuk memecahkan masalah tidak cukup hanya berdasarkan pengalaman. Dalam Bahasa agama orang harus mencari insting  a.k.a perlu tirakat, donk. Tirakat seperti sholat malam, puasa dan bagaimana pemecahannya. Tidak cukup hanya bersantai lalu persoalan terpecahkan. Seseorang harus khusyu’ betul, secara spiritual harus kuat. Nah, nanti Allah yang memberikan inspirasi atau pemecahannya yang dalam bahasa tasawwuf adalah kasab. Kasab adalah saat seseorang dihadapkan pada 1 persoalan yang ada di pikiran, di otak, di kepala dan di hatinya tertutup, kemudian oleh Tuhan dibuka. So, terpecahkanlah persoalan tersebut.

Menarik sekali bukan rahasia berorganisasi beliau? Pengalaman dan pengetahuan kita adalah seberapa besar waktu, tenaga dan pikiran yang kita curahkan untuk pengetahuan dan  pengalaman tersebut. So, jika sobat millenial ingin memiliki pengalaman yang banyak, terlibatlah dalam berbagai macam kegiatan. Oke?

(Rahz)

Shared: