Dalam suasana penuh semangat, Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) FAI UMM menghelat kuliah perdana pada Sabtu, 23 September 2023. Bertempat di Aula GKB 3 Lt. 5 UMM, acara ini dirancang untuk memberikan mahasiswa pemahaman mendalam tentang sejarah, landasan pemikiran, dan urgensi moderasi Islam dalam konteks Indonesia. Kegiatan yang dihadiri oleh mahasiswa Prodi PAI Angkatan 2021 hingga 2023 ini dibuka secara resmi oleh Dr. Saiful Amien, M.Pd, Wakil Dekan II FAI UMM.
Dengan tema "Transformasi Pendidikan Islam: Sejarah dan Landasan Pemikiran Moderasi Islam di Indonesia", kuliah perdana ini menghadirkan dua ahli di bidangnya, yaitu Dr. Ahmad Barizi, M.A dan Fahrudin Mukhlis, M.IRKH.
Pertama, sambutan hangat disampaikan oleh Kaprodi PAI FAI UMM, Zulfikar Yusuf, M.Pd.I. Beliau dengan penuh apresiasi dan harapan mengajak para peserta kuliah perdana untuk memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin, agar dapat memperluas wawasan mengenai konsep moderasi Islam dalam konteks Indonesia.
Dr. Saiful Amien, M.Pd, dengan latar belakang keahlian dalam teknologi pembelajaran, kemudian memberikan sambutan kedua. Beliau menunjukkan ketertarikan khusus terhadap tema yang diangkat dalam kuliah perdana ini. Dalam perspektifnya, moderasi Islam dapat diterapkan dalam proses pembelajaran mahasiswa, dan transformasi dari ketidaktahuan menjadi pengetahuan adalah landasan penting untuk menerapkan moderasi dalam kehidupan sehari-hari. Penting bagi setiap individu untuk memahami keberagaman yang ada di Indonesia.
Sesi utama dimulai dengan pemaparan yang mendalam oleh Bapak Assoc Prof. Dr. Ahmad Barizi, M.A. Dalam presentasinya, Kaprodi S3 (Doktor) PAI-BSI UIN Maliki Malang itu membahas definisi, posisi, dan urgensi moderasi Islam dalam konteks Indonesia. Beliau juga menegaskan bahwa mahasiswa memiliki peran kunci dalam transformasi pendidikan Indonesia melalui landasan pemikiran yang moderat.
Materi kedua disampaikan oleh Fahrudin Mukhlis, M.IRKH, Kepala Laboratorium FAI UMM. Beliau membahas topik menarik "Wasathiyah Islam vs Moderasi Beragama". Dalam penjelasannya, konsep wasathiyah diartikan sebagai sikap yang berada di tengah-tengah, menghindari ekstremisme baik ke arah kiri maupun ke kanan. Puncak acara ditandai dengan sesi diskusi yang disambut antusias oleh para peserta. Tak lupa, para pemateri dan peserta menyempatkan diri untuk berfoto bersama sebagai kenang-kenangan.